GUNUNG BAWAKARAENG

Bawakaraeng, secara bahasa, berarti mulut tuhan. Diambil dari bahasa Makassar: bawa artinya mulut; karaengartinya tuhan. Siapa yang memberikan nama dan apa latar belakangnya, penulis tidak mendapatkan data tentang itu. Yang jelas, gunung Bawakaraeng bukanlah mulut tuhan dalam arti yang sebenarnya.

Pemandangan Pos 5 yang sering terjadi badai

Sumber: Pemandangan Pos 5 yang sering terjadi badai

Pemandangan dari Pos 7, puncak bukit I Bawakaraeng

Sumber: Pemandangan dari Pos 7, puncak bukit I Bawakaraeng

Masih pemandangan lain dari Pos 7

Sumber: Masih pemandangan lain dari Pos 7

Bawakaraeng terdiri dari bukit-bukit yang berjejer megah. Bukit tertinggi memiliki tinggi sekira 2.700 meter di atas permukaan laut. Untuk mendakinya sampai ke puncak, kita harus menyusuri dua bukit dan 10 pos jalur pendakian. Pepohonan lebat beragam jenis, kabut tipis, sungai kecil, dan pelbagai keindahan alam lainnya akan menghiasi setiap jalur pendakian dari pos ke pos hingga ke puncak.

Pemandangan dari pos 10, puncak tertinggi Bawakaraeng

Sumber: Pemandangan dari pos 10, puncak tertinggi Bawakaraeng

Masih pemandangan dari puncak II, Pos 10

Sumber: Masih pemandangan dari puncak II, Pos 10

Trianggulasi (tanda ketinggian) di puncak Bawakaraeng

Sumber: Trianggulasi (tanda ketinggian) di puncak Bawakaraeng

Diposting oleh :

Musdalipah (10531201613)

Teknologi Pendidikan IV A

PERMANDIAN TAMBOKE

10897080_476427889156050_7306116202582822875_n
Bendungan Desa Tamboke

Pemandian Alam Tamboke, Sulawesi Selatan Di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan terdapat sebuah tempat wisata yang dapat menjadi pertimbangan sebagai tujuan wisata untuk mengisi liburan atau akhir pekan anda. Tempat wisata tersebut adalah Pemandian Alam Tamboke . Pemandian Alam Tamboke berlokasi di Desa Tamboke, Kecamatan Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara. Sebelumnya, Kabupaten Luwu Utara merupakan simpul dari Propinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Hal itu dikarenakan kabupaten tersebut Luwu Utara berbatasan dengan ketiga propinsi tersebut. Di kabupaten Luwu Utara terdapat beberapa sungai utama yang berfungsi sebagai catchment area. Selain itu, salah satu kelebihan dari sistem sungai-sungai di kabupaten ini adalah keadaan airnya yang masih jernih dan alami sehingga berpotensi tinggi dijadikan sebagai tempata rekreasi. Pemandian Alam Tamboke salah satunya. Pemandian alam ini berlokasi di sebuah desa yang bernama Tamboke, nama pemandian alam ini memang di ambil dari nama desa lokasi dimana pemandian alam ini berada. Pemandian Alam Tamboke dikenal dengan sungai dan pemandian di sekitar bendungan. Tetapi biasanya masyarakat lebih memilih untuk ke hulu sungai melakukan rekreasi dan juga mengolah bahan makan di tepi sungai. Pengunjung yang banyak melakukan aktivitas mengolah makanan di tepi sungai ini adalah daya tarik tersendiri bagi Pemandian Alam Tamboke. Jadi pengunjung dapat menikmati kesegaran mandi di alam, setelah itu memanjakan perut sekaligus.

Diposting oleh:

Musdalipah (10531201613)

Teknologi Pendidikan IV A

MAKAN KHAS PALOPO

Assalamu alaikum…
Kota Palopo adalah sebuah kota di provinsi Sulawesi Selatan,Indonesia. Kota Palopo sebelumnya berstatus kota administratif sejak1986 dan merupakan bagian dari Kabupaten Luwu yang kemudian berubah menjadi kota pada tahun 2002 sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002. Sebagian besar suku yang mendiami daerah ini meliputi Suku Bugis, Jawa, dan Konjo Pesisir dan sebagian kecil meliputiSuku Toraja, Minangkabau, Batak, dan Melayu. Islam adalah salah satu mayoritas agama yang dianut sebagian besar masyarakat Kota Palopo. Sedangkan Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu dianut oleh sebagian kecil masyarakat di Kota Palopo.
Kota palopo memiliki beberapa makanan khas, yang kali ini akan share buat teman-teman. Langsung ajaa, ini dia makanan khas palopo…
1. Kapurung
75kapurung
Kapurung

Karena diPalopo ini khasnya adalah sagu, nah makanan yang berbahan dasar dari sagu muda inilah yang dinamakan kapurung, kapurung adalah sagu muda yang dicampurkan dengan air panas yang mendidih, makanan khas palopo ini sangat menyegarkan karena juga dicampurkan dengan macam2 sayuran.

2. Dange
dange
Dange

Merupakan makanan tradisional masyarakat Bugis, terutama yang di daerah Luwu. Sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat Luwu menikmati makanan satu ini. Biasanya di acara keluarga atau acara tudang sipulung (ramah tamah) selalu dange dan makanan tradisional lain menyertai. Dange yang kaya karbohidrat tersebut merupakan makanan pokok sebagian masyarakat jaman dulu, yang kadar gulanya sangat rendah ketimbang nasi. Makanya beberapa penderita diabetes akhirnya menjadikan dange sebagai bahan terapi untuk mengurangi konsumsi nasi yang kadar gulanya cukup tinggi.Makanan ini berbahan dasar dari sagu, dibuat di atas tungku dengan menggunakan kotak yang bisa memasukkan tepung sagu sehingga terbentuk kotak-kotak tipis. Dimasak beberapa lama, sampai terlihat sudah berwarna abu-abu dan terlihat sudah melekat butiran-butiran sagunya.

3. Pacco
pacco
Pacco

PACCO Makanan Khas Palopo yang Terbuat dari Olahan Ikan Mentah, yang terlebih dahulu dipisahkan dari tulang dan kepala kemudian dipotong sesuai keinginan.
Dan direndam dengan campuran cuka serta patikala untuk menghilangkan rasa amis dan menambahkan bumbu seperti lombok kacang buah kecapi serta kacang yang sudah diolah menjadi satu.selain itu tambahan dange untuk menambah masakan agar terasa nikmat.
Selain rasa yang kenyal Ikan mentah atau Pacco juga dapat menambah stamina serta dapat mengembalIkan energi.

4. Lawak Pakis
pakis-460x321
Lawak Pakis

Lawak pakis adalah makanan khas palopo yang terbuat dari sayur pakis, kelapa parut, dan bumbu dapur lainnya.

5. Dampo Durian
dampo
Dampo Durian

Dompok durian ini adalah salah satu makanan khas dari kota Palopo yang merupakan penghasil durian, biasanya disini durian dijual per telaja, dipana 1 telaja berisi 3 buah durian yang diikat dengan tali/daun enau harganya jika sedang murah bisa 5000/telaja. Emm makanan yang berasal dari durian ini enak n legit banget..makanan seperti ini yang dinamakan lempok durian atau dodol durian,
Tetapi ternyata dompok itu bisa dnikmati dan diolah lagi, seperti jadi dompok goreng atau juga bisa dicampur dengan kolak.

6. Bolu Peca.
bolu peca
Bolu Peca

Pertama makan ini bolu pasti kaget, dimana2 kue bolu pasti kering gitu dan lembut, tapi bolu pecca khas bugis ini beda ama bolu yang lain karena teksturnya lembut dan basah.

Diposting oleh:
Musdalipah (10531201613)
Teknologi Pendidikan IV A

WISATA PANTAI TANJUNG BAYANG

Pantai-Tanjung-Bayang-1340908330Assalamu alaikum…

Teman-teman saudara saudari semuanya, kali ini saya ingin share tentang salah satu tempat wisata di kota makassar nihh, yaitu Pantai Tanjung Bayang.

Di Makassar kita tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menikmati keindahan guna mengisi liburan. Di Pantai Tanjung Bayang kita bisa mendapatkan semuanya, kesenangan dan keindahan.

Pantai Tanjung Bayang terletak di kelurahan Barombong, kecamatan Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan. Dari pusat kota, pantai ini hanya berjarak sekitar 4 km.

Kelebihan utama pantai Tanjung Bayang karena lokasinya yang menghadap ufuk barat di selat Makassar. Hal itu membuat Anda bisa memandangi sunset sepuasnya. Matahari terbenam di pantai Tanjung Bayang merupakan hiburan favorit warga sekitar dan wisatawan yang sedang berlibur di Makassar. Menyenangkan sekali melihat matahari kemerahan mulai masuk ke garis horizon. Matahari yang disambut lautan itu membuat pemandangan di pantai Tanjung Bayang menjadi jingga. Belum lagi perahu para nelayan yang hilir mudik. Saat matahari tenggelam mereka beringsut pergi melaut.

Di satu sisi, pantai yang memiliki bentangan pasir yang cukup luas ini seringkali riuh oleh mereka yang sedang bermain sepakbola maupun voli pantai. Diluar bulan November – April, ombak pantai Tanjung Bayang sangat landai. Para pengunjung bisa memanfaatkan pantai ini untuk bermain dan berenang sepuasnya. Bibir pantai Tanjung Bayang dan musim liburan selalu disesaki warga dan wisatawan yang ingin memanfaatkan waktu luang untuk bersenda gurau dengan keluarga ataupun melalukan photo session.

Kita juga bisa menyusuri sudut pantai yang lain. Di sebelah selatan pantai Tanjung Bayang ini berjajar dengan rapi perahu-perahu tradisional milik warga yang disebut dengan jolloro dan katinting. Mereka membawa ikan tangkapan pada pagi hari. Jika Anda mengunjungi Tanjung Bayang pada saat itu bukan tidak mungkin bisa membawa pulang ikan segar.  Ikan-ikan yang sudah dibeli itu bisa kita bakar dan menyantapnya sambil melihat indahnya pantai diselingi deburan ombak Tanjugn Bayang. Itu sebabnya, Tanjugn Bayang menjadi alternatif wisata keluarga yang ingin menghabiskan akhir pekan mereka.

Bagi mereka  yang ingin lebih lama menikmati pantai, Tanjung Bayang menyediakan penginapan untuk bermalam. Walaupun tidak semewah hotel namun setidaknya bisa Anda sewa dengan harga terjangkau.

Untuk mencapai pantai Tanjung Bayang, kita bisa menumpang angkutan umum, taksi dan fasilitas transportasi lainnya seperti ojek atau motor pribadi.

Jadi, teman-teman yang ingin berwisata, yukk ke Pantai Tanjung Bayang ajaa…

Diposting Oleh:

Musdalipah (10531201613)

Teknologi Pendidikan IV A

SEJARAH TANAH LUWU

download Assalamu alaikum…

Helloo guyyss kali ini saya akan memposting tentang sejarah tanah kelahiran saya nihh guys, yaitu Tanah Luwu. Langsung aja dehh, ini diaa sejarahnya….

Sejarah Tanah Luwu sudah berawal jauh sebelum masa pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya Luwu telah menjadi sebuah kerajaan yang mewilayahi Tana Toraja (MakaleRantepaoSulawesi SelatanKolaka (Sulawesi Tenggara) dan Poso (Sulawesi Tengah). Hal sejarah Luwu ini dikenal pula dengan nama Tanah Luwu yang dihubungkan dengan nama La Galigo dan Sawerigading.

Setelah Belanda menundukkan Luwu, mematahkan perlawanan Luwu pada pendaratan tentara Belanda yang ditantang oleh hulubalang Kerajaan Luwu Andi Tadda bersama dengan laskarnya di Ponjalae pantai Palopo pada tahun 1905. Belanda selanjutnya mebangun sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pemerintah penjajah diseluruh wilayah kerajaan Luwu mulai dari Selatan, Pitumpanua ke utara Poso, dan dari Tenggara Kolaka (Mengkongga) ke Barat Tana Toraja. Pada Pemerintahan Hindia Belanda, sistem pemerintahan di Luwu dibagi atas dua tingkatan pemerintahan, yaitu:

  • Pemerintahan tingkat tinggi dipegang langsung oleh Pihak Belanda.
  • Pemerintahan tingkat rendah dipegang oleh Pihak Swapraja.

Dengan terjadinya sistem pemerintahan dualisme dalam tata pemerintahan di Luwu pada masa itu, pemerintahan tingkat tinggi dipegang oleh Hindia Belanda, dan yang tingkat rendah dipegang oleh Swapraja tetapi tetap masih diatur oleh Belanda, namun secara de jure Pemerintahan Swapraja tetap ada. Menyusul setelah Belanda berkuasa penuh di Luwu, maka wilayah Kerajaan Luwu mulai diperkecil, dan dipecah sesuai dengan kehendak dan kepentingan Belanda, yaitu:

  • Poso (yang masuk Sulawesi Tengah sekarang) yang semula termasuk daerah Kerajaan Luwu dipisahkan, dan dibentuk satu Afdeling.
  • DistrikPitumpanua (sekarang Kecamatan Pitumpanua dan Keera) dipisah dan dimasukkan kedalam wilayah kekuasaanWajo.
  • Kemudian dibentuk satu afdeling di Luwu yang dikepalai oleh seorang Asisten Residenyang berkedudukan di Palopo.

Selanjutnya Afdeling Luwu dibagi menjadi 5 (lima) Onder Afdeling, yaitu:

  • Onder Afdeling Palopo, dengan ibukotanya Palopo.
  • Onder Afdeling Makale, dengan ibukotanya Makale.
  • Onder Afdeling Masamba, dengan ibukotanya Masamba.
  • Onder Afdeling Malili, dengan ibukotanya Malili.
  • Onder Afdeling Mekongga, dengan ibukotanya Kolaka.

Selanjutnya pada masa pendudukan tentara Dai Nippon, Pemerintah Jepang tidak mengubah sistem pemerintahan, yang diterapkan tentara Dai Noppon pada masa berkuasa di Luwu (Tahun 1942), pada prinsipnya hanya meneruskan sistem pemerintahan yang telah diterapkan oleh Belanda, hanya digantikan oleh pembesar-pembesar Jepang. Kedudukan Datu Luwu dalam sistem pemerintahan Sipil, sedangkan pemerintahan Militer dipegang oleh Pihak Jepang. Dalam menjalankan Pemerintahan Sipil, Datu Luwu diberi kebebasan, namun tetap diawasi secara ketat oleh pemerintahan Militer Jepang yang sewaktu-waktu siap menghukum pejabat sipil yang tidak menjalankan kehendak Jepang, dan yang menjadi pemerintahan sipil atau Datu Luwu pada masa itu ialah ” Andi Kambo Opu Tenrisompa” kemudian diganti oleh putranya “Andi Patiware” yang kemuadian bergelar “Andi Jemma“.

Pada bulan April 1950 Andi Jemma dikukuhkan kembali kedudukannya sebagai Datu/Pajung Luwu dengan wilayah seperti sediakala. Afdeling Luwu meliputi lima onder Afdeling Palopo, Masamba, Malili, Tana Toraja atau Makale, Rantepao dan Kolaka. Tahun 1953 Andi Jemma Datu Luwu diangkat menjadi Penasehat Gubernur Sulawesi, waktu itu Sudiro. Ketika Luwu dijadikan Pemerintahan Swapraja, Andi Jemma diangkat sebagai Kepala Swapraja Luwu, pada tahun 1957 hingga1960.

Atas jasa-jasa dia terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia, Andi Jemma telah dianugerahi Bintang Gerilya tertanggal10 November 1958, Nomor 36.822 yang ditandatangani Presiden Soekarno. Pada masa periode kepemimpinan Andi Jemma sebagai Raja atau Datu Luwu terakhir, sekaligus menandai berakhirnya sistem pemerintahan Swatantra (Desentralisasi). Belasan tanda jasa kenegaraan Tingkat Nasional telah diberikan kepada Andi Jemma sebelum dia wafat tanggal 23 Februari 1965 di Kota Makassar. Presiden Soekarno memerintahkan agar Datu Luwu dimakamkan secara kenegaraan di ‘Taman Makam Pahlawan’ Panaikang Makassar, yang dipimpin langsung oleh Panglima KodamHasanuddin.

Selanjutnya pada masa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, secara otomatis Kerajaan Luwu berintegrasi masuk kedalam Negara Republik Indonesia. Hal itu ditandai dengan adanya pernyataan Raja Luwu pada masa itu Andi Jemma yang antara lain menyatakan “Kerajaan Luwu adalah bagian dari Wilayah Kesatuan Republik Indonesia”.

Pemerintah Pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.34/1952 tentang Pembubaran Daerah Sulawesi Selatan bentukan Belanda/Jepang termasuk Daerah yang berstatus Kerajaan. Peraturan Pemerintah No.56/1951 tentang Pembentukan Gabungan Sulawesi Selatan. Dengan demikian daerah gabungan tersebut dibubarkan dan wilayahnya dibagi menjadi 7 tujuh daerah swatantra. Satu di antaranya adalah daerah Swatantra Luwu yang mewilayahi seluruh daerah Luwu dan Tana Toraja dengan pusat Pemerintahan berada di Kota Palopo.

Berselang beberapa tahun kemudian, Pemerintah Pusat menetapkan beberapa Undang-Undang Darurat, antara lain:

  • Undang-Undang Darurat No.2/1957 tentang Pembubaran Daerah Makassar, Jenepontodan Takalar.
  • Undang-Undang Darurat No. 3/1957 tentang Pembubaran Daerah Luwu dan Pembentukan Bone, Wajo dan Soppeng. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 4/1957, maka Daerah Luwu menjadi daerah Swatantra dan terpisah dengan Tana Toraja.

Daerah Swatantra Luwu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Darurat No.3/1957 adalah meliputi:

  • Kewedanaan Palopo
  • Kewedanaan Masamba dan
  • Kewedanaan Malili

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1960 ditetapkan PP Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pembentukan Provinsi Administratif Sulawesi Selatan mempunyai 23 Daerah Tingkat II, salah satu diantaranya adalah Daerah Tingkat II Luwu.

Untuk menciptakan keseragaman dan efisiensi struktur Pemerintahan Daerah, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.1100/1961, dibentuk 16 Distrik di Daerah Tingkat II Luwu, yaitu:

  • Wara
  • Larompong
  • Suli
  • Bajo
  • Bupon
  • Bastem
  • Walenrang(Batusitanduk)
  • Limbong
  • Sabbang
  • Malangke
  • Masamba
  • Bone-Bone
  • Wotu
  • Mangkutana
  • Malili
  • Nuha

Dengan 143 Desa gaya baru. Empat bulan kemudian, terbit SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.2067/1961 tanggal 18 Desember 1961 tentang Perubahan Status Distrik di Sulawesi Selatan termasuk di Daerah Tingkat II Luwu menjadi Kecamatan. Dengan berpedoman pula pada SK tersebut, maka status Distrik di Daerah Tingkat II Luwu berubah menjadi kecamatan dan nama-nama kecamatannya tetap berpedoman pada SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No. 1100/1961 tertanggal 16 Agustus 1961, dengan luas wilayah 25.149 km2.

Perkembangan dari segi Administratif Pemerintahan di Dati II Luwu, selain pemekaran kecamatan, desa dan kelurahanjuga ditetapkannya Dati II Luwu sebagai salah satu Kota Administratif (KOTIP) berdasarkan SK Mendagri No.42/1986 tanggal 17 September 1986.

Dengan demikian secara Administratif Dati II Luwu terdiri dari satu Kota Administratip, tiga Pembantu Bupati, 21 Kecamatan Definitif, 13 Kecamatan Perwakilan, 408 Desa Definitif, 52 Desa Persiapan dan Kelurahan dengan luas wilayah berdasarkan data dari Subdit Tata Guna Tanah Direktorat Agraria Provinsi Sulawesi Selatan adalah 17.791,43 km2 dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sulawesi Selatan Nomor 124/III/1983 tanggal 9 Maret 1983tentang penetapan luas provinsi, kabupaten/kotamadya dan kecamatan dalam wilayah provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.

Luas Wilayah Provinsi Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan yang ada sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan nyata dilapangan oleh karena telah terjadi penyempurnaan batas wilayah antar provinsi di Sulawesi Selatan, maka melalui kerjasama Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sul-Sel dan Topografi Kodam VII Wirabuana, Pemerintah Provinsi Tingkat I Sulawesi Selatan telah berhasil menyusun data tentang luas wilayah provinsi, kabupaten/ kotamadya dan kecamatan di daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusan Gubernur KDH Tk.I Sul-Sel Nomor : SK.164/IV/1994 tanggal 4 April 1994. Total luas wilayah Kabupaten Luwu adalah 17.695,23 km2 dengan 21 kecamatan definitif dan 13 Kecamatan Pembantu.

Pada tahun 1999, saat awal bergulirnya Reformasi di seluruh wilayah Republik Indonesia, dimana telah dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan di Daerah, dan mengubah mekanisme pemerintahan yang mengarah pada Otonomi Daerah.

Tepatnya pada tanggal 10 Februari 1999, oleh DPRD Kabupaten Luwu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 03/Kpts/DPRD/II/1999, tentang Usul dan Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu yang dibagi menjadi dua Wilayah Kabupaten dan selanjutnya Gubernur KDH Tk.I Sul-Sel menindaklanjuti dengan Surat Keputusan No.136/776/OTODA tanggal 12 Februari 1999. Akhirnya pada tanggal 20 April 1999, terbentuklah Kabupaten Luwu Utara ditetapkan dengan UU Republik Indonesia No.13 Tahun 1999.

Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu terbagi atas:

  1. Kabupaten Dati II Luwu dengan batas Saluampak Kec. Lamasi dengan batas Kabupaten Wajo dan Kabupaten Tana Toraja, dari 16 kecamatan, yaitu:
    • Kecamatan Lamasi
    • Kecamatan Walenrang
    • Kecamatan Pembantu Telluwanua
    • Kecamatan Warautara
    • Kecamatan Wara
    • Kecamatan Pembantu Wara Selatan
    • Kecamatan Bua
    • Kecamatan Pembantu Ponrang
    • Kecamatan Bupon
    • Kecamatan Bastem
    • Kecamatan Pembantu Latimojong
    • Kecamatan Bajo
    • Kecamatan Belopa
    • Kecamatan Suli
    • Kecamatan Larompong
    • Kecamatan Pembantu Larompong Selatan
  2. Kabupaten Luwu Utaradengan batas Saluampak Kec. Sabbang sampai dengan batas Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, terdiri dari 19 Kecamatan, yaitu:
    • Kecamatan Sabbang
    • Kecamatan Pembantu Baebunta
    • Kecamatan Limbong
    • Kecamatan Pembantu Seko
    • Kecamatan Malangke
    • Kecamatan Malangke Barat
    • Kecamatan Masamba
    • Kecamatan Pembantu Mappedeceng
    • Kecamatan Pembantu Rampi
    • Kecamatan Sukamaju
    • Kecamatan Bone-Bone
    • Kecamatan Pembantu Burau
    • Kecamatan Wotu
    • Kecamatan Pembantu Tomoni
    • Kecamatan Mangkutana
    • Kecamatan Pembantu Angkona
    • Kecamatan Malili
    • Kecamatan Nuha
    • Kecamatan Pembantu Towuti
  3. Kota Palopo adalah salah saatu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kota Palopo sebelumnya berstatus kota administratif yang berlaku sejak 1986 berubah menjadi kota otonom sesuai dengan UU Nomor 11 tahun 2002 tanggal 10 April2002. Kota ini memiliki luass wilayah 155,19 Km2 dan berpenduduk sejumlah 120.748 jiwa dan dengan jumlah Kecamatan:
    • Kecamatan Wara
    • Kecamatan Wara Utara
    • Kecamatan Wara Selatan
    • Kecamatan Telluwanua
    • Kecamatan Wara Timur
    • Kecamatan Wara Barat
    • Kecamatan Mungkajang
    • Kecamatan Bara
    • Kecamatan Sendana
  4. Kabupaten Luwu Timuradalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Luwu Utara yang disahkan dengan UU Nomor 7 Tahun 2003 pada tanggal 25 Februari 2003. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.944,98 km2, dengan Kecamatan masing-masing:
    • Kecamatan Angkona
    • Kecamatan Burau
    • Kecamatan Malili
    • Kecamatan Mangkutana
    • Kecamatan Nuha
    • Kecamatan Wasuponda
    • Kecamatan Tomoni
    • Kecamatan Tomoni Utara
    • Kecamatan Towuti
    • Kecamatan Wotu

Setelah pembagian Wilayah Kabupaten Luwu dari dua Kabupaten menjadi tiga Kabupaten dan satu Kota, maka secara otomatis luas Wilayah Kabupaten ini berkurang dengan Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur dan Kota Palopo berdasarkan batas yang telah ditetapkan, yaitu:

  • Luas Wilayah Kabupaten Luwu adalah 3.092,58 km2
  • Luas Wilayah Kabupaten Luwu Utara adalah 7.502,48 km2
  • Luas Wilayah Kota Palopo menjadi 155.19 km2.
  • Luas Wilayah Kabupaten Luwu Timur menjadi 6.944,98 km2.

Diposting oleh:

Musdalipah (10531201613)

Teknologi pendidikan IV A

Halo dunia!

Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika Anda menyukai, gunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengapa Anda memulai blog ini dan apa rencana Anda dengan blog ini.

Selamat blogging!